Situs pertirtaan belahan 1901

oleh -506 Dilihat
oleh
Pada sisi selatan, di atas petirtaan, berdiri satu kronogram berwujud arca yang dapat ditafsirkan sebagai tahun 931 Saka, atau 1009 M. Bila dikaitkan dengan angka tahun yang tertulis di kompleks Petirtaan Jolotundo (991 M), Petirtaan Belahan diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan raja yang sama; kemungkinan adalah Raja Dharmawangsa Teguh, atau mungkin lebih awal lagi (Mpu Sindok).

KLIKINFOBERITA COM, – Sebuah relief bergambar Kala berambut ikal yang memenuhi bidang atas prasasti;

Kala ini tanpa tubuh dan kaki, tetapi mempunyai dua tangan yang sedang menggenggam dan menggigit sesuatu berbentuk bulat dan berlubang.

Alaku

Ada tiga mahluk kayangan terbang melayang di sekitar kepala Kala; yang satu berada di atas kepala, dua mahluk lagi berada di bagian bawah.

Dua kepala mahluk kayangan ini sepertinya menyatu dengan sesuatu yang berbentuk bulat tadi. Sisi belakang: relief pada sisi ini kurang jelas, mungkin bagian dari rambut Kala yang panjang menjulur hingga menghiasi sisi belakang.

Ada hiasan bundar seperti medalion tetapi dipahat cukup dalam. Pada hiasan medalion ada dua lubang, salah satunya tembus hingga ke bulatan berlubang di sisi muka. Kalau diamati prasasti ini mungkin bagian dari pemandian karena adanya lubang tembus yang berfungsi sebagai aliran air.

Sĕngkalan Mĕmĕt (Kronogram)
Kalau itu sebuah prasasti, apa makna dari relief tersebut? Relief itu merupakan Sĕngkalan atau kronogram.

Sĕngkalan merupakan salah satu cara untuk menyem-bunyikan maksud, yaitu angka disembunyikan dalam bentuk kata-kata. Sĕngkalan memiliki kemungkinan diformulasikan dalam bentuk gambar, relief, patung, atau ornament.

Bentuk tersebut dinamakan sĕngkalan mĕmĕt, sedangkan yang berupa kata-kata disebut sĕngkalan lamba. Rangkaian kata yang dimaksud selalu mengandung kata-kata yang memiliki nilai angka. Nilai angka tersebut ditata secara linear untuk mendapatkan angka tahun yang dikehendaki.

Penataan kata tersebut disusun secara terbalik dengan penataan angka tahun yang dimaksud. Contoh sĕngkalan mĕmĕt antara lain terdapat di kraton Yogyakarta dan Surakarta. Di kraton Yogyakarta terdapat ornamen naga yang menghadap ke timur dan ke barat dengan ekor yang saling melilit.

Ornamen tersebut diformulasikan dalam kalimat: dwi naga rasa tunggal („dua naga rasa satu‟). Kata dwi bernilai 2, naga bernilai 8, rasa bernilai 6, dan tunggal bernilai 1. Dengan demikian sĕngkalan tersebut menunjuk angka tahun 1682 (Jawa); menunjukkan tahun berdirinya kraton Yogyakarta, bertepatan dengan tahun 1170 Hijriah, dan tahun 1756 M (Macaryus 2007: 187-190).(ptS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.