KLIKINFOBERITA.COM, – Di tengah naiknya tren pertanian modern dan kebutuhan pasar akan bahan pangan sehat, tanaman bengkoang (Pachyrhizus erosus) kini menjadi salah satu komoditas yang mulai dilirik oleh para petani dan pelaku usaha agribisnis. Tak hanya mudah dibudidayakan, bengkoang juga menawarkan peluang keuntungan yang menjanjikan, baik dari sisi pertanian, industri makanan, hingga kecantikan.
Bengkoang dikenal sebagai umbi yang kaya akan serat, vitamin C, dan air. Rasanya yang segar dan renyah membuatnya digemari sebagai bahan rujak, salad, hingga jus. Lebih dari itu, bengkoang juga memiliki kandungan antioksidan dan sifat pencerah kulit alami, menjadikannya bahan baku favorit dalam industri kosmetik.
Permintaan pasar terhadap bengkoang terus meningkat, terutama di kota-kota besar dan sektor industri. Namun, jumlah petani yang membudidayakan tanaman ini masih terbilang sedikit, sehingga membuka peluang besar bagi siapa saja yang ingin terjun ke dalamnya.
Salah satu keunggulan bengkoang adalah perawatannya yang relatif mudah. Berikut adalah tahapan dasar dalam menanam bengkoang:
Tanah gembur dan memiliki drainase baik sangat ideal untuk pertumbuhan umbi. Bibit bisa diperoleh dari benih kering atau biji dari tanaman bengkoang yang sudah tua.
Penanaman:
Benih ditanam langsung di lahan dengan jarak tanam sekitar 30×30 cm. Penanaman ideal dilakukan pada awal musim hujan.
Perawatan:
Bengkoang tidak membutuhkan pupuk berlebihan. Pemupukan dasar cukup menggunakan kompos atau pupuk kandang. Penyiraman teratur dan penyiangan gulma sangat penting agar umbi dapat tumbuh optimal.
Panen:
Masa panen bengkoang berkisar antara 4–5 bulan setelah tanam. Umbi siap panen ditandai dengan daun yang mulai menguning dan layu.
Secara ekonomi, bengkoang memiliki nilai jual yang stabil. Harga di pasaran bisa berkisar antara Rp3.000 hingga Rp6.000 per kilogram, tergantung musim dan kualitas. Dalam satu hektar lahan, petani bisa menghasilkan hingga 20 ton bengkoang. Jika dihitung dengan harga jual rata-rata Rp4.000/kg, maka potensi pendapatan kotor bisa mencapai Rp80 juta per musim tanam.
Dengan biaya produksi yang relatif rendah dan risiko kegagalan yang kecil, keuntungan bersih dari usaha bengkoang bisa mencapai 40–50% dari total pendapatan. Ini tentu jauh lebih menarik dibandingkan beberapa komoditas lain yang lebih sulit dikelola.
Selain dijual dalam bentuk umbi segar, bengkoang juga bisa diolah menjadi produk turunan seperti:
Tepung bengkoang
Masker wajah alami
Sabun dan lotion herbal
Minuman serbuk instan
Keripik bengkoang
Produk-produk ini tidak hanya memiliki nilai jual lebih tinggi, tetapi juga membuka peluang bisnis UKM di sektor pengolahan dan kosmetik herbal.
Kesimpulan: Saatnya Bertani Cerdas
Bagi petani muda, pemula, maupun pengusaha agribisnis, bengkoang adalah pilihan cerdas. Dengan perawatan sederhana, modal terjangkau, dan pasar yang luas, tanaman ini bukan hanya memberikan hasil panen, tapi juga membuka pintu menuju diversifikasi usaha dan inovasi produk.
Dari kebun ke pasar, dari dapur ke produk kecantikan bengkoang adalah peluang emas yang belum banyak digarap. Siapa cepat, dia dapat!