KLIKINFOBERITA.COM, -Colibacillosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (E. coli.) yang tergolong dalam genus Escherichia dan famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini termasuk dalam bakteri Gram (-), tidak tahan asam, berbentuk batang, dan tidak membentuk spora. Bakteri E. coli merupakan bakteri yang normal hidup pada saluran pencernaan ayam (flora normal). namun dapat menimbulkan penyakit apabila populasinya meningkat. Jumlahnya sekitar 10⁶ E. coli/gram isi usus halus ayam. Kasus Colibacillosis pada ayam umumnya disebabkan oleh strain avian pathogenic E. coli (APEC) atau strain patogen. Sejauh ini, APEC didominasi oleh tiga serotipe, yaitu serotipe O₁, O₂, dan O₇₈. Sekitar 10-15% dari seluruh E. coli yang ditemukan di usus ayam yang sehat tergolong jenis APEC ini.
Bakteri APEC sering ditemukan dalam kasus infeksi Colibacillosis baik pada ayam pedaging maupun petelur. Bakteri tersebut mampu menyebar melalui peredaran darah sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh ayam. Contoh kasus yang sering ditimbulkan oleh bakteri APEC adalah kematian embrio dan kejadian omphalitis pada anak ayam. Bakteri APEC juga mudah mengalami mutasi menjadi entero pathogenic E. coli (EPEC), yang menjadi bakteri patogen di saluran pencernaan. Selain itu juga bermutasi menjadi enterotoxigenic E. coli (ETEC), yang menghasilkan racun dan kemudian merusak mukosa usus.
Colibacillosis dapat ditularkan melalui kontaminasi air minum ayam, litter, udara, dan feses. Bakteri E. Coli tinggi konsentrasinya di dalam feses yaitu sekitar 10⁶ tiap gram feses, bakteri ini yang kemudian berpotensi menyebar dan mengontaminasi debu, litter, dan air minum. Penyebaran E. coli melalui air minum lebih dominan dan menjadi sorotan karena air minum merupakan media yang mudah membawa E. coli masuk ke dalam tubuh ayam. Selain itu, Colibacillosis juga dapat ditularkan secara vertikal dari induk ke anak ayam. Penularan secara vertikal terjadi melalui saluran reproduksi induk ayam, yaitu melalui ovarium atau oviduk yang terinfeksi. Telur yang menetas kemudian akan menghasilkan DOC yang tercemar bakteri E. coli di dalam ususnya.
Berdasarkan data rangking penyakit nasional yang dihimpun oleh tim Technical Education and Consultation Medion, kejadianColibacillosis pada ayam pedaging dan petelur masih menduduki 5 besar, sehingga sampai saat ini menjadi penyakit yang perlu diwaspadai. Infeksi Colibacillosis memang bisa menyerang di semua umur pemeliharaan ayam. Jika dilihat dari umur serangan, maka pada ayam pedaging, colibacillosis lebih sering menyerang di umur <15 hari, yang berarti sejak awal pemeliharaan sudah mulai menyerang. Sedangkan pada ayam petelur di umur >18-35 minggu. Hal ini tentu menjadi perhatian karena perlunya kewaspadaan terhadap penyakit ini sejak awal masa pemeliharaan pada ayam pedaging dan di masa produksi pada ayam petelur. Keduanya merupakan masa kritis dalam pemeliharaan ayam.
Salah satu gejala klinis infeksi E. coli pada ayam yang dapat diamati adalah adanya diare berwarna kuning. Gejala klinis tersebut diikuti pula oleh perubahan patologi anatomi yang berbeda-beda tergantung bentuk infeksinya. Colibacillosis bisa bersifat lokal dan sistemik.
Bentuk Infeksi Lokal Colibacillosis :
1. Omphalitis dan infeksi kantung kuning telur (yolk sac)
Omphalitis atau radang pusar adalah suatu kondisi dimana pusar DOC tidak dapat menutup dengan sempurna, sehingga bakteri mudah masuk dan akhirnya menyebabkan radang di bagian tersebut. Secara normal, pusar seekor DOC akan menutup beberapa jam setelah menetas diikuti dengan proses penyerapan sisa kuning telur. Jika pusar terlambat menutup dan ternyata ada infeksi bakteri E. coli di mesin tetas atau di kandang komersil, maka terjadilah omphalitis. Karena kuning telur terletak berdekatan dengan pusar, kejadian omphalitis selama ini juga hampir selalu dibarengi dengan infeksi kantung kuning telur (yolk sac infection) yang sama-sama disebabkan oleh bakteri. Saat terjadi infeksi kantung kuning telur, sisa kuning telur yang dibawa DOC akan mengeras, sehingga cadangan makanan maupun sumber kekebalan (antibodi maternal) yang ada di dalamnya tidak dapat terserap sempurna.
2. Cellulitis
Infeksi Collibacilosis bentuk ini, merupakan serangan E. coli yang terjadi pada jaringan subkutan di bawah kulit (subcutaneous tissue), seperti kulit perut, paha, kaki, daerah kepala, dll. Gejalanya ditunjukkan dengan kulit berwarna kuning kecoklatan. Jika dibedah, maka akan ditemukan eksudat kental semacam nanah di bawah kulit tersebut. Kejadian cellulitis selama ini lebih sering ditemukan pada ayam pedaging dan terdeteksi ketika ayam sudah berada di tempat pemotongan (RPA).
3. Diare
Diare merupakan gejala klinis yang umum terjadi pada kasus Colibacillosis, baik yang disebabkan oleh E. coli patogen jenis entero pathogenic E. coli (EPEC) maupun enterotoxigenic E. coli (ETEC). Peradangan pada usus terjadi akibat bakteri E. coli menghasilkan toksin yang mampu merusak permukaan mukosa dan terjadi akumulasi cairan di usus sehingga muncul gejala yang nampak yakni diare. Infeksi E. coli pada usus ini pada umumnya dapat bertindak sebagai infeksi primer maupun sekunder. Infeksi sekunder terjadi akibat bakteri E. coli ikut menyerang usus yang sebelumnya telah rusak akibat penyakit lain, misalnya koksidiosis atau cacingan. Pada infeksi sekunder, serangan E. coli ini akan memperberat efek dari penyakit primernya.
4. Salpingitis
Colibacillosis bentuk ini banyak ditemukan pada ayam petelur. Salpingitis merupakan peradangan pada saluran telur/oviduk. Salpingitis terjadi akibat berpindahnya sejumah besar bakteri E. coli dari kloaka ke oviduk atau berpindahnya E. coli melalui infeksi kantung udara (air sacculitis). Infeksi ringan pada oviduk menyebabkan turunnya produksi telur pada ayam. Akan tetapi, jika proses radang pada oviduk tersebut berjalan secara terus-menerus dalam jangka waktu lama (kronis), maka dinding lapisan oviduk juga akan menipis dan di dalamnya terbentuk sumbatan. Sumbatan tersebut bisa berupa cairan kental seperti nanah atau padatan keras seperti keju berbau busuk. Kadang-kadang, kejadian salpingitis tersebut disertai pula dengan radang pada selaput perut (peritonitis). Ayam dengan kondisi demikian biasanya akan berhenti bertelur dan akan mati dalam waktu 6 bulan pasca infeksi. Sedangkan pada ayam yang bisa bertahan, jarang untuk dapat berproduksi kembali secara normal.