KLIKINFOBERITA.COM, – Di balik lebatnya hutan Sumatra dan Kalimantan, hidup para kucing liar yang nyaris tak pernah terdengar kabarnya. Bukan karena mereka tidak penting, tapi karena terlalu sedikit yang peduli. Dalam investigasi lapangan selama tiga bulan, tim kami menemukan fakta mengejutkan: kucing liar Indonesia berada di ambang kepunahan, sementara dunia sibuk menyelamatkan satwa yang lebih populer.
Di Sumatra, Macan Dahan (Neofelis diardi) menjadi buruan karena keindahan kulitnya yang berpola seperti awan. Populasinya kini diperkirakan hanya tersisa antara 2.000 hingga 3.000 ekor. Kamera jebak dan pengakuan warga membuka praktik perdagangan gelap yang menggiurkan.
“Satu ekor hidup bisa laku Rp15–20 juta. Kalau mati, kulitnya saja dihargai Rp5 juta,” ujar seorang mantan pemburu di Jambi.
Ancaman terhadap Macan Dahan tak hanya datang dari pemburu, tapi juga dari hilangnya habitat akibat pembalakan liar dan ekspansi perkebunan.
Di Kalimantan, nasib Kucing Merah (Catopuma badia) spesies endemik yang hanya ada di pulau itu—lebih menyedihkan. Diperkirakan hanya tersisa kurang dari 100 ekor di alam liar. Dalam ekspedisi kami, hewan ini hanya terekam selama 7 detik oleh kamera infra-merah di Taman Nasional Kayan Mentarang.
“Dia seperti hantu… hampir punah sebelum sempat kita mengenalnya,” kata seorang peneliti lokal.
Kucing Batu (Pardofelis marmorata) dan Kucing Bakau (Prionailurus viverrinus) juga menghadapi nasib serupa. Namun, minimnya riset membuat keberadaan mereka nyaris tak tercatat dalam strategi konservasi nasional. Fragmentasi hutan, kebakaran, dan perburuan perlahan mendorong mereka menuju jurang kepunahan yang senyap.
Harapan datang dari inisiatif warga di kawasan Bukit Barisan Selatan. Lewat patroli komunitas, angka perburuan liar berhasil ditekan hingga 40% dalam satu tahun terakhir. Namun, para aktivis mengingatkan bahwa upaya lokal ini tak akan cukup tanpa dukungan lebih besar dari pemerintah dan masyarakat luas.
“Tanpa penegakan hukum dan pendanaan konservasi yang layak, kita bisa kehilangan mereka untuk selamanya,” ujar salah satu aktivis lapangan.
Kucing liar Indonesia bukan sekadar satwa eksotis. Mereka adalah bagian penting dari ekosistem dan warisan alam yang tak tergantikan. Saat ini, yang mereka butuhkan bukan sekadar simpati tapi aksi nyata. Sebelum hutan-hutan kita benar-benar sunyi dari suara langkah mereka.