Langit Bengkulu pagi itu cerah, tapi tidak seperti biasanya. Di sisi timur Bandara Fatmawati Soekarno, deru alat berat mulai terdengar, menggantikan sunyinya area parkir pesawat. Di sinilah mimpi besar itu mulai diwujudkan sebuah terminal baru, sebuah harapan lama yang akhirnya menyentuh kenyataan.
Hari Selasa (23/9) menjadi titik awal pembangunan terminal baru Bandara Fatmawati Soekarno. Tak sekadar proyek infrastruktur bernilai Rp64,2 miliar, pembangunan ini membawa misi lebih besar: menjadikan Bengkulu sebagai gerbang udara yang setara dengan provinsi lain, bahkan membuka peluang penerbangan langsung ke Mekkah sebuah harapan yang telah lama hidup di hati ribuan calon jamaah haji asal Bengkulu.
Di sela seremoni peresmian, Gubernur Bengkulu Helmi Hasan berdiri dengan mata yang berbinar. Tak hanya sebagai kepala daerah, hari itu ia tampil sebagai juru bicara mimpi banyak orang.
“Kalau nanti ada penerbangan langsung ke Mekkah dari sini, kita tidak hanya bicara efisiensi biaya yang bisa hemat Rp10 miliar per tahun tapi kita bicara kenyamanan dan keadilan. Selama ini, jamaah kita harus transit jauh, lelah sebelum ibadah dimulai,” ujarnya dengan nada penuh tekad.
Terminal baru ini memang bukan sekadar bangunan. Dengan luas total 9.214 meter persegi dan kapasitas tampung hingga 1,5 juta penumpang per tahun, proyek dua lantai ini membawa visi besar: menjadikan Bengkulu bukan lagi provinsi pinggiran dalam hal konektivitas udara.
General Manager PT Angkasa Pura Indonesia untuk Bandara Fatmawati, Muhammad Haekal, menyebutkan bahwa pembangunan ini merupakan respons terhadap lonjakan jumlah penumpang yang terus terjadi. Tahun 2025 saja, jumlah penumpang sudah mencapai lebih dari 761 ribu orang—melewati kapasitas terminal eksisting yang hanya 600 ribu.
“Kita sudah waktunya berbenah. Bandara ini wajah Bengkulu bagi dunia luar. Kalau kita ingin lebih maju, kita harus punya pintu masuk yang pantas,” jelas Haekal.
Terminal baru ini akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern mulai dari ruang tunggu nyaman, teknologi check-in otomatis, hingga area komersial yang mendukung pariwisata lokal. Lebih dari itu, terminal ini disiapkan untuk melayani penerbangan internasional, dengan jalur penerbangan ke Timur Tengah sebagai prioritas utama.
Di balik rencana teknis dan kontrak pembangunan selama 233 hari kerja, terselip asa masyarakat. Seperti Mak Somad, warga Kabupaten Seluma yang tahun ini masuk daftar tunggu haji. Usianya sudah menginjak 65 tahun, dan keinginan untuk langsung terbang dari tanah kelahirannya menjadi harapan besar sebelum keberangkatannya.
“Kalau bisa langsung dari Bengkulu ke Mekkah, alhamdulillah. Selama ini kami harus ke Padang dulu, belum lagi naik bus berjam-jam. Capek sekali. Ini sangat membantu, apalagi untuk yang sudah tua,” katanya dengan senyum haru.
Tak hanya soal ibadah dan kenyamanan, kehadiran terminal baru juga diharapkan memacu pertumbuhan ekonomi lokal. Bandara adalah pengungkit—bagi investasi, pariwisata, dan distribusi barang. Dengan meningkatnya konektivitas, Bengkulu membuka diri pada potensi perdagangan dan pariwisata yang lebih besar.
Helmi Hasan menyebut pembangunan ini sebagai “pondasi masa depan Bengkulu.”
“Kami tidak ingin Bengkulu terus jadi penonton. Lewat bandara ini, kami ingin menjadi pemain. Terminal baru ini adalah simbol bahwa Bengkulu juga bisa, juga layak, dan juga siap.
Dengan target penyelesaian pada Mei 2026, warga Bengkulu kini punya hitungan mundur menuju babak baru transportasi udara mereka. Proyek ini menjadi bukti bahwa mimpi bisa dibangun dari bawah dari tanah dan beton menuju angkasa dan harapan.
Karena sejatinya, bandara bukan hanya tempat pesawat datang dan pergi. Ia adalah simbol keterhubungan. Dan bagi Bengkulu, terminal baru ini adalah jembatan antara tanah kelahiran dan Tanah Suci.
INFOGRAFIK: Terminal Baru Bandara Fatmawati Soekarno
Luas Terminal: 9.214 m²
Tingkat: 2 lantai
Kapasitas Penumpang: 1,5 juta penumpang/tahun
Kontrak Pembangunan: Rp64,2 miliar
Durasi Proyek: 233 hari kalender (selesai Mei 2026)
Target Penerbangan: Rute domestik dan langsung ke Mekkah.