Mengenal Sintrong, Si “Lalaban Liar” yang Kaya Manfaat

oleh -10 Dilihat
oleh
Khasiat : Tumbuh liar di tepi jalan, Sintrong menyimpan manfaat luar biasa—dari lalapan tradisional hingga obat alami antiinflamasi dan penyembuh luka. Warisan hijau Nusantara yang patut dijaga.-foto: Istimewa/klikinfoberita.com.

KLIKINFOBERITA.COM,– Bagi banyak orang, terutama yang tinggal di daerah pedesaan atau pegunungan, tanaman bernama Sintrong (Crassocephalum crepidioides) bukanlah hal asing. Sering dianggap sebagai gulma yang tumbuh subur di tepi jalan, tegalan, atau kebun yang terbengkalai, tumbuhan ini sebenarnya menyimpan segudang potensi yang kerap terabaikan.

Dikenal dengan berbagai nama daerah seperti Jambrong (Jawa), Sintru (Sunda), atau Ebolo (di Afrika), Sintrong adalah bagian dari warisan kuliner dan pengobatan tradisional yang patut diperhitungkan.

Ciri-Ciri dan Habitat

Sintrong mudah dikenali dari batangnya yang tegak, berwarna hijau kemerahan, dan berbulu halus. Daunnya berbentuk oval atau jantung, dengan tepi bergerigi, dan bertekstur lunak. Bunganya kecil, berbentuk seperti tabung, dan berwarna merah tua atau jingga, yang akan berubah menjadi semacam “bulu” putih (pappus) ketika menjadi biji, mirip dengan bunga jembut yang beterbangan.

Tanaman ini sangat adaptif dan tumbuh dengan cepat di daerah beriklim tropis dengan ketinggian 200-2.000 meter di atas permukaan laut. Kemampuannya yang cepat berkembang biak inilah yang membuatnya sering dicap sebagai tanaman pengganggu.

Dari Piring Lalapan hingga Olahan Masakan

Di banyak wilayah di Indonesia, khususnya Jawa Barat dan Jawa Tengah, daun Sintrong muda adalah sayuran lalapan yang populer. Daunnya yang masih muda dan segar memiliki rasa khas, sedikit langu dan pahit, mirip dengan daun kenikir atau daun legetan. Rasa pahit ini justru menjadi daya tarik dan diyakini menyehatkan.

Selain disantap mentah sebagai lalapan, Sintrong juga sering diolah menjadi:

· Campuran urap atau karedok.

· Tumisan dengan bawang putih dan cabai.

· Isian pepes.

· Sayur bening yang menyegarkan.

“Banyak masyarakat Sunda yang sangat mengenal Sintrong. Rasanya yang unik dan teksturnya yang lembut membuatnya jadi primadona di dalam hidangan tradisional. Ini adalah kekayaan biodiversitas kita yang tidak ternilai,” ujar Dedi Supriadi, seorang penggiat kuliner tradisional dari Bandung.

Kandungan Gizi dan Manfaat untuk Kesehatan

Di balik penampilannya yang sederhana, Sintrong ternyata kaya akan nutrisi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanaman ini mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan polifenol, yang berperan sebagai antioksidan.

Dalam pengobatan tradisional, Sintrong dimanfaatkan untuk:

1. Anti-inflamasi: Membantu meredakan peradangan dan bengkak.

2. Penyembuhan luka: Getah dari batangnya yang masih muda sering dioleskan langsung pada luka kecil untuk menghentikan pendarahan dan mempercepat penyembuhan.

3. Mengobati sakit perut: Air rebusan daunnya diminum untuk meredakan diare dan gangguan pencernaan lainnya.

4. Sumber vitamin: Kaya akan vitamin A dan C, yang baik untuk kesehatan mata dan daya tahan tubuh.

Peringatan Penting dalam Konsumsi

Meskipun bermanfaat, ada hal penting yang harus diperhatikan:

· Pastikan Kebersihan: Karena sering tumbuh di tepi jalan atau area yang mungkin terpapar polutan, pastikan untuk mencuci daun Sintrong hingga benar-benar bersih sebelum dikonsumsi.

· Pilih yang Muda: Hanya bagian daun muda yang lunak dan enak dimakan. Daun yang sudah tua biasanya terlalu keras dan rasanya sangat pahit.

· Konsumsi Secukupnya: Seperti halnya tanaman herbal lain, konsumsilah dalam jumlah wajar.

Dengan meningkatnya kesadaran akan pangan lokal dan fungsional, Sintrong memiliki peluang untuk dikembangkan lebih serius. Ia bisa menjadi salah satu komponen dalam “edible landscaping” (lansekap yang dapat dimakan) atau bahkan dibudidayakan untuk pasaran restoran yang mengusung konsep “back to nature”.

Sintrong adalah contoh sempurna bahwa tidak semua yang dianggap “gulma” adalah pengganggu. Di balik rimbunnya daun liar itu, tersembunyi kekayaan rasa dan khasiat yang merupakan warisan leluhur yang patut kita lestarikan.

Alaku

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.