KLIKINFOBERIITA.COM, – Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah organik, muncul berbagai inovasi sederhana yang bisa dilakukan dari rumah. Salah satunya adalah pemanfaatan ampas buah nangka menjadi kompos yang subur dan ramah lingkungan. Selain mengurangi limbah dapur, cara ini juga membantu menjaga kelestarian lingkungan dan menyuburkan tanah secara alami.
Ampas buah nangka, yang biasanya dibuang begitu saja setelah diolah menjadi kolak atau dodol, ternyata menyimpan potensi sebagai bahan dasar kompos. Proses pembuatannya pun cukup mudah dan tidak memerlukan peralatan khusus.
Untuk membuat kompos dari ampas buah nangka, masyarakat hanya perlu menyiapkan beberapa bahan organik tambahan seperti sisa sayuran, daun kering, tanah, air, serta aktivator kompos seperti EM4. Tambahan gula merah atau molase juga diperlukan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang akan membantu proses penguraian.
Berikut langkah-langkah lengkap pembuatan kompos dari ampas nangka:
Kumpulkan Bahan:
Siapkan ampas buah nangka, sisa sayuran, dan daun kering dalam jumlah yang cukup.
Siapkan Wadah:
Gunakan wadah besar seperti ember, drum bekas, atau peti kayu sebagai tempat fermentasi.
Campurkan Bahan:
Masukkan ampas nangka dan bahan organik lainnya secara berlapis, lalu taburkan sedikit tanah di antara lapisan untuk mempercepat proses pembusukan.
Tambahkan Aktivator dan Gula:
Campurkan gula merah atau molase dengan air, lalu larutkan EM4 ke dalamnya. Siramkan campuran ini ke bahan yang sudah disusun dalam wadah.
Fermentasi dan Aduk:
Tutup rapat wadah dan biarkan fermentasi berlangsung selama 7 hari. Setelah itu, aduk bahan setiap 3–5 hari sekali agar pengomposan merata.
Hasil Kompos:
Dalam waktu 3–4 minggu, ampas buah nangka akan berubah menjadi kompos padat berwarna gelap seperti tanah, tanpa bau menyengat.
Praktik ini bukan hanya mengurangi sampah organik rumah tangga, tetapi juga menghasilkan pupuk alami yang sangat bermanfaat untuk tanaman pekarangan, kebun rumah, atau pertanian skala kecil.
Pemerhati lingkungan menyambut baik metode ini sebagai solusi praktis dalam menghadapi permasalahan sampah organik. “Dengan memanfaatkan limbah dapur, kita sudah turut serta menjaga bumi,” ujar Sari.









