Inovasi Ramah Lingkungan: Pupuk Kompos dari Tanaman Kemangi Tua, Solusi Praktis untuk Pertanian Berkelanjutan.

oleh -25 Dilihat
oleh
Petani mengolah kemangi tua menjadi pupuk kompos organik, solusi ramah lingkungan untuk pertanian berkelanjutan dan sehat.-poto: Istimewa/klikinfoberita.com.

KLIKINFOBERITA.COM, – Dalam era yang semakin sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan, inovasi di bidang pertanian terus berkembang untuk menjawab tantangan global terhadap perubahan iklim dan kerusakan ekosistem. Salah satu inovasi terbaru yang menarik perhatian adalah pemanfaatan tanaman kemangi yang sudah tua sebagai bahan baku utama untuk pembuatan pupuk kompos organik. Inovasi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menjadi solusi praktis dan efektif bagi pertanian berkelanjutan.

Potensi Tersembunyi di Balik Tanaman Kemangi

Tanaman kemangi (Ocimum sanctum) selama ini dikenal luas sebagai tanaman herbal yang kaya manfaat, mulai dari pengobatan tradisional hingga sebagai bumbu penyedap makanan. Namun, seiring bertambahnya usia tanaman, kemangi tua sering kali dianggap tidak lagi produktif dan dibuang begitu saja. Padahal, tanaman ini memiliki kandungan organik yang tinggi dan kaya unsur hara, sehingga sangat potensial untuk didaur ulang menjadi pupuk kompos.

Melalui proses dekomposisi yang tepat, kemangi tua dapat diolah menjadi kompos yang berkualitas tinggi. Kompos ini mampu menyuburkan tanah, meningkatkan kapasitas tanah dalam menyimpan air, serta memperbaiki struktur tanah secara alami tanpa bahan kimia berbahaya.

Pembuatan pupuk kompos dari kemangi tua tergolong sederhana dan bisa dilakukan oleh petani maupun masyarakat umum. Prosesnya dimulai dari pengumpulan tanaman kemangi yang sudah tidak produktif, kemudian dicacah kecil-kecil untuk mempercepat proses penguraian. Bahan-bahan ini kemudian dicampur dengan limbah organik lainnya seperti sisa sayuran, kulit buah, atau dedaunan kering.

Setelah itu, campuran organik tersebut ditambahkan dengan aktivator seperti EM4 (Effective Microorganism 4) untuk mempercepat fermentasi. Proses ini berlangsung selama 2 hingga 4 minggu, tergantung pada kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembapan. Hasil akhirnya adalah pupuk kompos berkualitas tinggi yang siap digunakan untuk berbagai jenis tanaman hortikultura, padi, maupun tanaman perkebunan.

Menurut Ir. Yulianto, seorang peneliti pertanian organik dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), penggunaan kompos dari kemangi tua membawa manfaat ganda. “Di satu sisi, kita mengurangi limbah organik yang biasanya dibakar atau dibuang sembarangan. Di sisi lain, kita menciptakan siklus pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan,” ujarnya.

Selain itu, penggunaan kompos organik secara teratur mampu mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia sintetis yang harganya kian mahal dan berdampak buruk terhadap lingkungan jangka panjang. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi petani, terutama petani kecil yang ingin menekan biaya produksi.

Inovasi ini juga sejalan dengan program nasional dalam mendukung gerakan pertanian hijau (Green Agriculture) yang dicanangkan Kementerian Pertanian. Dengan memanfaatkan potensi lokal seperti tanaman kemangi tua, masyarakat diajak untuk berperan aktif dalam menciptakan pertanian yang ramah lingkungan, mandiri, dan berkelanjutan.

Beberapa kelompok tani di Jawa Tengah dan Jawa Timur bahkan telah mulai mengadopsi metode ini dan melaporkan peningkatan hasil panen serta kualitas tanah yang lebih baik dalam satu hingga dua musim tanam terakhir.

Pengembangan pupuk kompos dari kemangi tua adalah salah satu contoh nyata bahwa solusi pertanian masa depan tidak harus mahal dan bergantung pada teknologi tinggi. Justru melalui pendekatan lokal, sederhana, dan berbasis sumber daya alam sekitar, kita bisa menciptakan inovasi yang berdampak besar.

Dengan sosialisasi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak—baik pemerintah, akademisi, maupun sektor swasta—metode ini berpotensi diadopsi secara luas di seluruh Indonesia. Jika dilakukan secara masif, hal ini bisa menjadi tonggak penting menuju pertanian Indonesia yang lebih hijau, sehat, dan berkelanjutan.

Alaku

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.