BREAKING NEWS: Taiwan Tolak Permintaan AS untuk Bagi Produksi Chip 50:50

oleh -31 Dilihat
oleh
chiun, menegaskan penolakan Taiwan terhadap permintaan AS untuk membagi kapasitas produksi chip secara 50:50 demi jaga kedaulatan teknologi.-foto: Istimewa/klikinfoberita.com.

KLIKINFOBERITA.COM,- Pemerintah Taiwan menolak permintaan Amerika Serikat (AS) untuk membagi kapasitas produksi semikonduktor secara 50:50 antara kedua negara. Penolakan ini ditegaskan langsung oleh Wakil Perdana Menteri Taiwan, Cheng Li-chiun, usai menjalani misi diplomatik di Washington pekan ini.

“Tim negosiasi kami tidak pernah berkomitmen untuk membagi produksi chipset secara merata dengan AS. Masyarakat tidak perlu khawatir,” kata Cheng kepada media lokal, Jumat (4/10/2025).

Penegasan ini muncul setelah Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, dalam wawancara dengan News Nation, menyatakan bahwa AS membutuhkan setidaknya 50% kapasitas produksi chip global untuk “melindungi Taiwan” dari potensi ancaman, khususnya dari China.

“Jika Taiwan mengendalikan 95 persen produksi, bagaimana kami bisa melindungi mereka jika terjadi sesuatu? Jika kami memiliki setengahnya, kami punya kekuatan untuk bertindak,” kata Lutnick.

Pernyataan tersebut mengacu pada konsep “Silicon Shield”, yaitu posisi strategis Taiwan dalam rantai pasok semikonduktor dunia. Taiwan, melalui TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company), saat ini menguasai mayoritas produksi chip global yang digunakan di berbagai sektor, mulai dari ponsel pintar hingga kendaraan listrik.

Pernyataan AS langsung memicu reaksi keras di Taiwan, baik dari pemerintah maupun kalangan politisi. Banyak pihak menilai usulan tersebut berisiko melemahkan posisi strategis Taiwan, serta membuka celah intervensi asing dalam aset nasional yang sangat vital.

Meski belum jelas apakah negosiasi ini melibatkan TSMC secara langsung, penolakan resmi dari pemerintah Taiwan dipandang sebagai sinyal bahwa negara tersebut tetap ingin mempertahankan kontrol penuh atas aset industrinya di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat.

Sementara itu, hubungan antara Taiwan, AS, dan China semakin kompleks. Beijing tetap mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, dan Presiden Xi Jinping menyatakan siap menggunakan segala cara untuk membawa Taiwan kembali ke dalam kendali China.

AS sendiri, meski tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan, tetap menjadi mitra strategis terutama dalam bidang teknologi dan pertahanan.

Situasi ini diprediksi akan menjadi salah satu isu panas menjelang pemilu di Taiwan dan bisa berdampak pada kebijakan rantai pasok global ke depan.

 

 

Alaku

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.