KLIKINFOBERITA.COM, – Ikan nila, ikan air tawar yang populer dan mudah dibudidayakan, sering menjadi pilihan bagi para peternak. Salah satu metode budidaya yang efektif adalah menggunakan sistem bioflok.
Bioflok, singkatan dari “biological floc,” merujuk pada gumpalan organisme seperti bakteri, jamur, algae, dan protozoa dalam air kolam.
Bioflok terbentuk melalui campuran bahan organik dari sisa pakan dan kotoran ikan, dengan bantuan aerasi yang memastikan kadar oksigen cukup untuk perkembangan bakteri pengurai.
Bakteri ini bertanggung jawab atas penyerapan mineral dan pembentukan flok, yang meningkatkan kualitas air dan menyediakan sumber pakan alami bagi ikan.
Proses budidaya ikan nila dengan sistem bioflok memerlukan beberapa langkah. Pertama, persiapkan kolam yang memadai dengan sistem aerasi yang baik. Kemudian, tambahkan sumber karbon dan bahan organik ke dalam kolam untuk memulai pembentukan bioflok. Lakukan pengadukan secara teratur untuk meratakan distribusi bahan organik dan oksigen.
Selanjutnya, pantau kualitas air secara berkala dan berikan pakan sesuai kebutuhan ikan. Lakukan perawatan rutin dan tanggapi masalah segera agar budidaya ikan nila Anda berjalan lancar.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, Anda dapat meningkatkan efisiensi budidaya ikan nila Anda dan mendukung pertumbuhan yang sehat bagi ikan tersebut.
Budidaya Ikan Nila dengan Sistem Bioflok :
Berikut langkah-langkah yang harus dipersiapkan untuk budidaya Ikan Nila dengan sistem bioflok:
Kolam bulat dengan central drain, berdiameter 3 meter dan kedalaman 2 meter, dibersihkan dengan menyikat hingga bersih dan kemudian diisi dengan air. Instalasi aerasi dipasang di dua kolam bulat, masing-masing dilengkapi dengan sembilan batu aerasi.
Penempatan batu aerasi disesuaikan agar oksigen tersebar merata di seluruh kolom air, dengan aliran oksigen diatur pada kecepatan 10 liter per menit.
Untuk media bioflok, digunakan garam krosok sebanyak 1 kg per meter kubik, kapur dolomit 50 gram per meter kubik, molase 100 ml per meter kubik, dan probiotik yang terdiri dari bakteri Bacillus sp. sebanyak 10 ml per meter kubik (dalam kombinasi sel multi dan bioflokulan).
Setiap bahan larutkan dengan air dan campurkan ke dalam kolam secara berurutan.
Kolam dibiarkan selama 7-10 hari, atau sampai dinding kolam terasa licin saat disentuh. Kualitas air diukur dan dipertahankan minimal dengan kandungan oksigen terlarut 3 mg/L, pH 6-8, dan pemantauan warna air.
Benih ikan nila dimasukkan ke dalam kolam pada sore hari tanggal 15 Juli 2020, dengan rencana kepadatan 120 ekor per meter kubik. Namun, karena keterbatasan benih, kepadatan diatur menjadi 90 ekor per meter kubik.
Pemberian makanan kepada ikan dilakukan setelah 2×24 jam, dengan dosis sebesar 3 persen dari berat badan ikan.
Perawatan air dilakukan sebagai berikut:
– Penambahan molase dan probiotik jika kadar oksigen mendekati 3 mg/L.
– Penambahan dolomit jika terjadi penurunan pH air menjadi cenderung asam (pH 5).
– Warna air media bioflok diusahakan tetap kecoklatan.
– Volume flok dipertahankan hingga 50 ml per liter, dan jika terlalu padat, pemberian pakan dihentikan.
– Dilakukan penambahan air jika terjadi penguapan.
Keuntungan budidaya Ikan Nila dengan Sistem Bioflok :
Dengan menerapkan sistem budidaya ikan nila, beberapa keuntungan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
– Meningkatkan kelangsungan hidup atau survival rate (SR) hingga lebih dari 90 persen tanpa perlu melakukan pergantian air. Air hasil budidaya ikan nila dengan sistem bioflok tidak berbau, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar dan dapat disinkronkan dengan budidaya tanaman seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Hal ini disebabkan oleh keberadaan mikroorganisme yang mampu mengurai limbah budidaya menjadi pupuk yang menyuburkan tanaman.
– Feed Conversion Ratio (FCR), yaitu perbandingan antara berat pakan yang telah diberikan dalam satu siklus periode budidaya dengan berat total (biomassa) yang dihasilkan pada ikan nila, mampu mencapai angka 1,03. Ini berarti penggunaan pakan sangat efisien, di mana hanya dibutuhkan 1,03 kg pakan untuk menghasilkan 1 kg ikan nila. Jika dibandingkan dengan pemeliharaan di kolam biasa, FCR mencapai angka 1,5.
– Padat tebarnya mampu mencapai 100-150 ekor/m3, atau 10-15 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan pemeliharaan di kolam biasa yang hanya 10 ekor/m3.
– Aplikasi sistem bioflok pada pembesaran ikan nila juga telah mampu meningkatkan produktivitas hingga 25 – 30 kg/m3, atau 12-15 kali lipat dibandingkan dengan di kolam biasa yang hanya sekitar 2 kg/m3.
– Waktu pemeliharaan lebih singkat, dengan benih awal yang ditebar berukuran 8 – 10 cm, selama 3 bulan pemeliharaan, benih tersebut mampu tumbuh hingga ukuran 250 – 300 gram/ekor, sedangkan untuk mencapai ukuran yang sama di kolam biasa membutuhkan waktu 4-6 bulan.
– Ikan nila hasil budidaya sistem bioflok cenderung lebih gemuk karena dihasilkan dari pencernaan makanan yang optimal. Selain itu, komposisi daging atau karkasnya lebih banyak dan kandungan air dalam dagingnya lebih sedikit.(red)