Mengapa Manusia Tergolong Berdarah Panas

oleh -810 Dilihat
oleh
Mengapa Manusia Tergolong Berdarah Panas
Mengapa Manusia Tergolong Berdarah Panas - foto dok detikedu

Di dunia ini, beragam hewan mengisi lingkungan dengan berbagai tipe sifat biologis, salah satunya adalah jenis sirkulasi darah yang membedakan antara hewan yang berdarah dingin (ektotermik) dan yang berdarah panas (endotermik). Hewan-hewan ektotermik, seperti kadal dan buaya, bergantung pada sinar matahari untuk mengatur suhu tubuh mereka, sementara manusia dan sebagian besar mamalia serta burung termasuk dalam kategori endotermik yang dapat menghasilkan panas tubuhnya sendiri. Namun, apa yang menjadi alasan manusia dan makhluk endotermik lainnya tergolong berdarah panas?

Pertama-tama, perlu kita memahami istilah-istilah ini. Hewan endotermik memiliki kemampuan untuk menjaga suhu tubuh mereka tetap konstan dalam berbagai kondisi lingkungan. Sebagai contoh, manusia memiliki suhu tubuh rata-rata sekitar 37 derajat Celsius, sementara burung memiliki suhu tubuh yang lebih tinggi, sekitar 40 derajat Celsius. Kemampuan ini disebut homeotermik, dan makhluk endotermik harus mengonsumsi makanan lebih sering untuk mendukung tubuh mereka dalam menghasilkan panas dan menjaga suhu tetap konstan.

Alaku

Namun, ada pengecualian dalam dunia biologi. Salah satu contoh adalah naked mole rat, mamalia yang merupakan satu-satunya pengecualian ektotermik di antara mamalia. Meskipun ektotermik, naked mole rat dapat mempertahankan suhu tubuhnya dengan baik karena hidup dalam lorong-lorong bawah tanah yang stabil secara termal.

Pertanyaan yang muncul adalah mengapa manusia dan sebagian besar mamalia serta burung tergolong dalam kategori endotermik. Ada beberapa teori dan kontroversi yang mencoba menjawab pertanyaan ini.

Salah satu teori awal yang mencoba menjelaskan evolusi endotermik adalah bahwa ini berkaitan dengan kebutuhan akan aktivitas fisik yang tinggi, seperti mengejar mangsa yang bergerak cepat. Menurut Bennet dan Ruben pada tahun 1979, evolusi endotermik berkaitan dengan peningkatan kemampuan aerobik, yang memungkinkan hewan-hewan endotermik untuk menjaga aktivitas tingkat tinggi.

Namun, ada juga gagasan alternatif yang mengemukakan bahwa endotermik pada dasarnya berkembang pada herbivora. Herbivora membutuhkan nitrogen dalam jumlah tinggi, yang hanya dapat mereka peroleh dari konsumsi tanaman dalam jumlah besar. Oleh karena itu, herbivora perlu mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar, yang kemudian akan dibakar secara endotermik. Gagasan ini diajukan oleh Klaassen dan Nolet.

Beberapa teori bahkan berpendapat bahwa evolusi endotermik dapat terkait dengan perubahan lingkungan pada masa itu atau peningkatan ketersediaan tanaman yang kaya nitrogen. Ini mungkin terkait dengan kebutuhan akan kapasitas oksigen yang lebih besar untuk mendukung aktivitas berburu.

Selain itu, ada teori yang mengatakan bahwa endotermik juga dapat berperan sebagai metode pertahanan terhadap infeksi jamur. Dengan menjaga suhu tubuh tetap tinggi, makhluk endotermik dapat menciptakan lingkungan yang kurang cocok bagi pertumbuhan jamur penyebab penyakit.

Bukti pasti mengenai mengapa manusia dan mamalia lainnya berkembang menjadi endotermik masih kurang, dan kemungkinan besar ada kombinasi dari faktor-faktor yang berperan dalam evolusi endotermik ini. Evolusi adalah proses yang kompleks, dan berbagai faktor lingkungan dan biologis dapat berinteraksi untuk membentuk karakteristik makhluk hidup. Seiring dengan perkembangan penelitian dan ilmu pengetahuan, mungkin kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang alasan mengapa manusia dan makhluk endotermik lainnya tergolong berdarah panas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.